Sidrap indonesian-times.com — Selasa malam, 15 Oktober 2024 itu, terasa berbeda di Desa Lise, Kecamatan Panca Lautang. Bulan mengintip malu di balik awan, namun tidak mengurangi hangatnya suasana. Di tengah hamparan sawah yang sunyi, panggung kampanye Muh Yusuf Dollah berdiri, bukan sekadar untuk berorasi, tapi untuk bercengkerama, menonton bola, dan memimpikan masa depan Sidrap.
Muh Yusuf Dollah, pria yang akrab dipanggil dengan sapaan hangat “Yusuf”, tak sekadar datang untuk berkampanye. Ia datang membawa layar besar, mengajak warga desa nonton bareng (nobar) pertandingan AFC Asian Qualifiers. Ini bukan kampanye biasa, ini adalah kampanye yang terasa seperti acara keluarga besar. Warga datang, duduk beralaskan tikar, bersandar di teras rumah, menyaksikan sepak bola sambil bercengkerama dengan calon pemimpin mereka.

Di sela-sela teriakan gol yang menggema, dialog antara Yusuf dan warga pun mengalir. Bukan sekadar obrolan ringan, tapi perbincangan tentang masa depan. Sidrap yang mereka bayangkan. Apa yang akan berubah? Apa yang akan diperjuangkan?
Warga bertanya. Yusuf menjawab. Ada senyum, ada harap, ada juga kritis yang disampaikan dengan hormat. Tapi, Yusuf tak gentar. Dengan senyum penuh keyakinan, ia menjawab satu demi satu, lalu memaparkan program-program unggulannya. Program-program yang dijanjikan bukan sekadar janji. Setiap kata yang terucap menggambarkan sebuah jalan yang akan ditempuh, sebuah perubahan yang akan dilakukan.